Saturday, December 15, 2018

Pembangunan dan Kemampuan Manusia

Fera Fernanda 155120100111054
Gina Ruswani 155120101111052
UAS Kesenjangan dan Eksklusi Sosial

Pembangunan dan Kemampuan Manusia

Pembangunan menjadi agenda penting sebuah negara untuk mencapai modernisasi. Modernitas menjadi acuan pembangunan suatu negara. Semakin modern suatu negara menandakan semakin baiknya suatu pembangunan. Adanya pembangunan dicita-citakan dapat membawa perubahan kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik. konsep pembangunan sudah sejak lama diterapkan pemerintah Indonesia dalam berbagai sektor seperti sektor industri, sektor pariwisata, sektor pertanian, dan lain  lain. Hingga pada era ini, pembangunan sektor pertanian mulai bergeser ke peranan dominan sektor industri.

Indonesia merupakan negara berkembang yang tak lepas dari agenda pentingnya yaitu pembangunan. Dalam melakukan pembangunan, Indonesia beracuan pada negara  negara barat dengan konsep modernitasnya yang dianggap sukses dalam melakukan pembangunan melalui industrialisasi. Hal ini sejalan dengan yang dilakukan pemerintah untuk menfokuskan konsep pembangunan pada beberapa sektor salah satunya yaitu sektor industri. Ini disampaikan pemerintah melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) yang mengatakan bahwa pemerintah fokus melakukan pembangunan pada tiga sektor yakni sektor manufaktur, sektor pertanian, dan sektor pariwisata untuk mencapai pertumbuhan ekonomi  (Fauzi, 2017).  Pada kenyataannya pembangunan yang dilakukan pemerintah Indonesia justru terlihat menonjol pada sektor industri dengan predikat Indonesia sebagai negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani.

Pembangunan sektor industri perlahan menggeser area pertanian untuk beralih menjadi kawasan industrialisasi. Dalam hal ini, Jawa Barat yang merupakan daerah penghasil beras terbesar di Jawa bahkan di Indonesia menjadi salah satu daerah yang menerima konsekuensi dari pembangunan negara pada sektor industri dengan munyusutnya jumlah lahan pertanian persawahan untuk dialihkan menjadi kawasan industri. Menurut data statistik yang diperoleh dari Statistik Data Lahan Pertanian dalam kurun waktu 5 tahun, dimulai dari tahun 2010 hingga 2014 tercatat penurunan luas lahan sawah di Jawa Barat pada tahun 2011 hingga 2014 dari 930.507 hektare lahan sawah di tahun 2011 hingga turun menjadi 924.307 hektare lahan sawah di tahun 2014.  Penurunan luas lahan sawah di Jawa Barat diikuti dengan peningkatan jumlah industri yang terhitung sejak tahun 2011 sampai tahun 2014, dari angka 5.861 industri di tahun 2011 bertambah menjadi 6.633 industri di tahun 2014 menurut data yang diambil dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.

Meningkatnya jumlah industri skala besar dan sedang di Jawa Barat selain mendukung pembangunan pemerintah Indonesia di sektor industri juga turut menyumbang permasalahan yang pelik bagi masyarakat Jawa Barat khususnya masyarakat petani. Tidak sedikit petani yang kehilangan mata pencaharian mereka sebagai petani dari lahan sawah. Penyebab kehilangan mata pencaharian petani di Jawa Barat ini salah satu akibat dari beralihnya fungsi lahan, dari lahan sawah bergeser menjadi kawasan industrial. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Kepala Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat yang menyebutkan bahwa dalam kurun waktu setahun dimulai dari Februari 2009 hingga Februari 2010 tenaga kerja disektor pertanian mengalami penurunan cukup besar sekitar 270.000 orang beralih profesi dari petani ke profesi lain. Penduduk Jawa Barat yang bekerja di sektor pertanian pada Februari 2009 sebanyak 4,5 juta orang, sedangkan pada Februari 2010 menurun menjadi sebanyak 4,23 juta orang  (Sur, 2010).

Kehilangan mata pencaharian oleh petani Jawa Barat nyata terjadi di Desa Kanci Kulon Kota Cirebon, Jawa Barat. Menurut informasi yang termuat dalam berita harian Tirto.id menyampaikan bahwa puluhan warga Desa Kanci Kulon yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan harus kehilangan mata pencaharian mereka akibat dari pembangunan PLTU yang telah beroperasi sejak tahun 2012. Hal tersebut disampaikan oleh beberapa warga Desa Kanci Kulon yang menceritakan pengalaman mereka kepada wartawan ketika belum beroperasinya PLTU yang dibangun oleh Perusahaan Cirebon Power bahwa penghasilan dari profesi mereka sebagai petani dan nelayan sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari  hari. Setelah PLTU resmi beroperasi, warga Desa Kanci Kulon menjadi kehilangan akses mereka sebagai petani dan nelayan untuk pergi ke sawah maupun pantai dan laut Kanci yang selama ini menjadi sumber penghasilan utama mereka dan terpaksa harus mencari pekerjaan lain. Warga Desa Kanci yang kehilangan mata pencaharian mengeluh tidak bisa mengandalkan pekerjaan baru karena tidak sesuai dengan keahlian meski banyak pabrik yang bermunculan di daerahnya (Wardani, 2017). 

Menangani permasalahan tersebut, pemerintah sebagai aktor pembangunan haruslah siap mempertanggungjawabkan konsekuensi atas kebijakan yang telah diputuskan dengan mengutamakan pembangunan di sektor industri bukan pada pembangunan manusianya. Menganalisis permasalahan ini dengan pendekatan Amartya Sen mengenai kemampuan manusia serta keterhubungannya dengan pembangunan terdapat dua tema penting yaitu manusia dan kemampuan. Di tengah dunia dengan ideologi pembangunan yang berlandaskan pada pendapatan per kapita, pendekatan Sen menjadi suatu kajian yang dapat dimaknai secara kritis. Ideologi pembangunan yang terlalu ekonomis membuat aktor pembangunan (negara) terkadang melupakan pembangunan kemampuan manusia, baik dalam hal sosial, politik, bahkan hingga psikologis (Sen, 2002).

Melalui pendekatan Sen, permasalahan petani dan nelayan Desa Kanci yang tidak bisa mengakses pekerjaan lain dapat terlihat pada keterhubungan antara kemampuan manusia dengan pembangunan. Pembangunan industrial di Jawa Barat menyebabkan banyaknya petani yang kehilangan sumber mata pencaharian mereka akibat beralihnya fungsi lahan pertanian yang berujung pada ketidakmampuan mereka untuk mencari pekerjaan baru sesuai dengan keahlian. Dalam kasus ini pemerintah hanya mengejar pelaksanaan pembangunan di sektor industri demi tercapainya negara yang modern melalui industrialisasi, namun pemerintah justru mengabaikan pembangunan kemampuan penduduknya.


Daftar Pustaka

Fauzi, A. (2017). 2018 Pemerintah Fokus Kembangkan Tiga Sektor Ini. Jakarta: Kompas.com.
Sen, A. (2000). SOCIAL EXCLUSION : CONCEPT , APPLICATION , AND SCRUTINY Amartya Sen. Social Development. https://doi.org/10.1.1.100.1010
Sur, C. (2010). 270.000 Petani Di Jabar Alih Profesi. Bandung: Surya.co.id.
Wardani, A. K. (2017). PLTU "Mencaplik" Mata Pencaharian Petani dan Nelayan. Cirebon: Tirto.id.

No comments:

Post a Comment